Sabtu, 29 Juni 2013

My Little Princess | part 1



Author : Kim Nhara
Genre : Romance, Family 
Cast : Tentukan sendiri sesuai imajinasi kalian, karena author tidak memaksa dan membatasi imajinasi kalian.
Desclaimer : Ini asli milik Author. Tolong berikan komentar ya :)



PROLOG
Siapa gadis ini?
Apakah dia pernah hidup bersamaku di kehidupan sebelumnya?
Wajah dan senyumannya tentu membuatku serasa berada di beberapa tahun silam. Sepertinya aku telah di lahirkan kembali di dunia yang sama.
Apakah ini dunia nyata?
Apakah ini takdir? Semuanya berjalan dengan cepat.
Aku tak mampu mengenali diriku yang dahulu.
Apa aku sudah gila?
Bahkan sejak awal, kau adalah milikku..

 -----------------------------------------------------------------------

PART I

“Aku tidak bisa pergi tanpa membawa uangku!!!!! Aku harus pulang dan mengambil beberapa pakaian dan kartu kreditku sebelum kau meninggalkanku disini.” Pekik gadisdidepannya itu dengan suara melengking.
Ia sangat tahu bagaimana perasaan gadis itu. Tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Ia hanya mendapat perintah untuk membunuh Jin Dae Han. Gadis yang ia cintai. Apakah dia akan benar-benar membunuhnya??? Tentu saja tidak. Kyung Woo mengulurkan tas mewah dan sekoper pakaian milik gadis yang ada didepannya. Ia benar-benar tidak tau harus melakukan apa setelah melihat gadis yang didepannya itu duduk di trotoar dengan memeluk lututnya.
“Oppa, apa yang harus aku lakukan????”
Kyung Woo duduk disebelah gadis itu dan merangkul pundaknya. “Dae Han ah, kau harus tau mengapa aku lakukan ini padamu. Aku tidak ingin kau mati ditanganku. Biar aku saja yang dibunuh jika Ibutahu kau tidak benar-benar mati.”
Gadis itu menatap Kyung Woo yang saat itu juga sedang memandangnya. Mata mereka bertemu pandang. Kemudian Dae Han berdiri dan duduk setengah bersandar di bagian depan mobil Kyung Woo. “Dia memang licik. Apakah ayahku tau tentang ini??? Lama-lama aku bisa gila.”
Hati Kyung Woo bagai tersayat melihat gadis itu meneteskan air mata. Apalagi jika harus membunuh gadis itu menggunakan tangannya sendiri. Ia benar-benar tak habis pikir. Kyung Woo beranjak dan menggenggam tanga Dae Han. “Kau,” suaranya bergetar. “jaga diri baik-baik. Aku sudah mencarikan apartemen untukmu. Aku juga akan sering menjengukmu. Kau harus makan tepat waktu. Jika ada sesuatu, hubungi saja aku. Sekarang aku harus pergi.” Kata Kyung Woo lalu masuk kedalam mobilnya. Dan seketika itu, mobilnya melesat kencang.
“Oppa...”
Kyung Woo hanya menangis saat dia mulai bergerak menjauhi tempat gadis itu berdiri. Masih bisa dilihat jelas dari spion bagaimana keadaan Dae Han saat dirinya mulai menjauh. Dae Han menangis dan terus menatap mobil Kyung Woo darisana, hingga Kyung Woo sudah tak dapat melihat Dae Han lagi.

***

“Apa yang harus aku lakukan sekarang???” suaranya mulai serak karena terlalu banyak menangis. Sejak lahir, dirinya tak pernah hidup sendirian. Didalam hidupnya selalu banyak orang yang mengelilinginya, ayah, ibu, nenek, dan para pengasuhnya. Kini tiba-tiba ia harus tinggal di apartemen seorang diri. Tak ada koki pribadinya yang selalu membuatkan makanan kapanpun saat dia merasa lapar. Tak ada Wong Ki, anjing kecilnya. Tak ada para pengasuhnya yang selalu bisa disuruh ini dan itu, kapanpun dan dimanapun ia berada.
Ia meraih remot control dan menghidupkan TV diruang tengah apartemennya itu. Ia melihat berita sekilas lalu mengambil minum. Tapi, ia kembali pada berita di TV itu dan membatalkan niatnya untuk minum. Berita apa ini?? Berita tentangnya??.  “.....Pewaris Grup JinDy, Jin Dae Han meninggal karena kecelakaan lalu lintas tadi malam. Tak banyak orang yang mengetahui hal ini. Hanya saja pihak keluarga dan kerabat dekatnya saja......”
Tangan Dae Han mengenggam remot control dengan sangat erat. Tangannya pun sampai bergetar. Ia ingin sekali pulang ke Macau dan memaki Hong Su Ri. Dadanya terasa sesak mendengar berita itu. Berita palsu yang telah direncanakan oleh Ibu tirinya. Dan sesekali ia melototkan matanya ke depan layar TV. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Ada sebuah makam mewah yang bertuliskan nama Jin Dae Han di nisannya. Dan disebelahnya. Apa ini??? Kenapa dia melakukan ini???. Disebelahnya ada Ibu tirinya yang terduduk lemas sambil menangis. Sebenarnya, jasad siapa yang dibawa oleh Kyung Woo dan diserahkan kepada ibunya itu?? Dae Han tahu pasti. Bahwa Kyung Woo adalah laki-laki yang pintar. Hal seperti ini tentu tak ada masalah baginya.
“Gila!!!!! Apa yang dia lakukan??? Setelah dia buat ayahku menderita, sekarang saatnya dia membuat hidupku berantakan. Benar-benar tidak waras!!!!!. Selama aku masih hidup, tak akan ku biarkan Grup JinDy menjadi miliknya.” Seru Dae Han.
Ting..tung...
Suara bel pintu apartemen membuatnya terkejut dan tersadar dari omelannya. Ia menghampiri Interkom untuk melihat siapa yang datang. Oh, rupanya pegawai apartemen.
“Selamat pagi Nona. Anda harus segera pergi dari tempat ini. Karena sebentar lagi, Dong Ho ssi akan segera tiba.” Kata laki-laki pendek dan sedikit gemuk itu.
“Tapi aku sudah membayar sewa apartemen ini selama 1 tahun. Kau ini bagaimana. Kalau ada yang sewa, bilang saja ini sudah di sewa oleh Jin Dae Han.” Kata Dae Han lalu menutup pintu. Dengan sigap, laki-laki itu menahan daun pintu dengan kakinya.
“Tidak bisa Nona, memangnya anda siapa???. Uang anda nanti akan kami kembalikan. Cepat bereskan barang-barang anda.”
“Tidak mau!!!!!”
“Baiklah, mungkin cara ini yang anda inginkan!!!!”

***

Dong Ho keluar dari mobil verarry sportnya dan berjalan menuju ke dalam apartemen mewah yang dipesannya beberapa saat lalu. Sampai di pintu masuk, ia melihat laki-laki yang umurnya 2 tahun lebih tua darinya dan segera berjalan menghampirinya.
“Oh, Hyung!!” sapa Dong Ho sambil mengangkat tangan kanannya ke arah laki-laki yang tengah berjalan menghampirinya.
“Bagaimana keadaannya??? Tidak terlalu jelekkan??? Untuk sementara kau tinggal disini dulu sampai rumahmu selesai direnovasi.” Kata laki-laki yang dipanggil Hyung oleh Dong Ho itu.
“Kamarku nomor berapa???” tanya Dong Ho kepada manajernya setelah menerima kunci kamar yang diulurkan oleh laki-laki yang ternyata bernama Park Joo Yong itu.
Park Joo Yong hanya tersenyum, lalu berkata, “di lantai 4. Nomor 210. Mereka dengan susah payah mendapatkan apartemen itu.” kata Park Joo Yong kemudian mengikuti artisnya masuk kedalam lift.
Lelah sekali!!! Pikir Dong Ho. Matanya sudah tak kuat lagi untuk dibuka. Lalu ia mengerjapkan matanya sebelum mendengar dentingan bel tanda pintu terbuka berbunyi.

***


“Jangan lempar tas ku!!!!!! Kau tau berapa harga tas ini??? Aku dapatkan tas ini di acara peluncuran perdananya.” Teriak Dae Han. Ia sama sekali tak habis pikir kenapa nasipnya bisa sesial ini.
“Cepatlah pergi Nona!!!!! Oh, Lee Dong Ho ssi, sudah datang???” kata pegawai apartemen setelah melihat seseorang di belakang Dae Han.
Dae Han menoleh hanya dengan satu sentakan. Siapa laki-laki ini??? Mungkin dia lah orang yang telah merebut apartemennya???.
Laki-laki itu memberi salam kepada si pegawai apartemen dan sedikit tersenyum kepada Dae Han. Apa??? Apa yang dia lakukan??? Setelah merebut apartemennya, dia mau bersikap baik pada Dae Han???
“Apa???” kata Dae Han sambil mendongakkan kepalanya ke laki-laki itu.
“Siapa dia???” tanya Dong Ho kepada manajer dan pegawai apartemen itu.
Joo Yong hanya mengangkat bahunya dan menggeleng pelan. Dan dengan serentak, mata Dong Ho dan Joo Yong langsung tertuju pada pegawai apartemen itu. dialah satu-satunya yang bisa diminta penjelasan.
“Nona ini adalah penyewa apartemen ini sebelum anda. Dan dia tidak mau pergi dari apartemen ini. Padahal, sudah saya ingatkan sejak 1 jam yang lalu.”
Mata Dae Han serasa ingin keluar dari tulang tengkoraknya. Tangannya menahan jantungnya didepan dada, ia merasa bahwa jantungnya pun sudah hampir copot. Kenapa hari ini benar-benar sangat menyakitkan???. “Hey Tuan!!!! Aku baru saja pindah kemari. Aku juga sudah membayar uang sewanya selama 1 tahun kan??? Bahkan seharipun aku belum tidur diranjangnya. Seharusnya kau suruh tuan ini mencari apartemen lain,” kata Dae Han sambil menunjuk laki-laki yang berdiri disebelah manajernya itu.“Negara ini juga punya peraturan!!! Jangan main ambil apartemen orang!!!” teriak Dae Han di depan wajah pegawai apartemen itu.
Tuan yang ditunjuk oleh Dae Han itu punya nama. Namanya adalah Lee Dong Ho, artis papan atas yang baru saja pulang dari Amerika Serikat. Dan saat ia pulang, rumahnya sedang direnovasi. Karena pada saat terakhir kalinya ia berada disana, rumahnya sedang kacau karena di kira tidak punya surat tanah. Ibunya seorang Pengusaha resort Spa di Jeju.
“Siapa gadis ini sebenarnya???” Dong Ho sangat terkejut melihat gadis yang bersikap biasa-biasa saja saat bertemu dengan dirinya. Padahal, 99 % wanita yang bertemu dengannya akan selalu berkomentar ‘Oppa, kau tampan sekali!!!!’, itu minimal bagi wanita yang tidak kenal dengan Dong Ho. Sedangkan untuk penggemarnya, mungkin bisa lebih sedikit anarkis dari penggemar artis lainnya.
“Aku Jin Dae Han!!!! Cepat kembalikan apartemenku!!!!!” kata Dae Han sambilmengulurkan tangannya kedepan wajah Dong Ho.
“Apa??? Ini sudah menjadi milikku.” Kata Dong Ho lalu masuk kedalam apartemen itu dan diikuti oleh Dae Han.
Dong Ho melihat-lihat isi apartemen itu. Cukup bagus. Ada 2 kamar didalamnya, satu dapur dan satu kamar mandi. Ada ruang TV yang sedikit berantakan didalamnya. Bantal yang berserakan dikarpet ruang TV dan beberapa bungkus makanan ringan???? Pasti ulah gadis itu, pikir Dong Ho.
***

Dae Han merebahkan tubuhnya di soffa ruang TV. Ia menatap lekat wajah 2 laki-laki yang duduk didepannya itu. Ia berharap mereka bisa berubah pikiran setelah melihat ekspresi Dae Han, tapi ternyata tidak.
“Sedang apa kau disini??? Pergilah. Ini sudah menjadi apartemen ku.” Kata Dong Ho kemudian menerima sekaleng soju yang diulurkan Joo Yong.
Dae Han menerima juga sekaleng soju yang diulurkan Joo Yong untuknya dan untuk laki-laki yang menyebalkan itu. “Ajjushi, tolong kasihani lah aku. Aku kemari sendirian, aku juga tidak punya sanak saudara ataupun teman disini.” Kata Dae Han dengan wajah tertunduk lesuh.
“Bagaimana bisa seperti itu????” sahut Joo Yong penasaran.
Dae Han mendongakkan kepalanya dan menatap laki-laki yang bertanya padanya itu dengan suara lemah. “Ibu tiriku, dia ingin aku mati. Agar dia bisa menguasai seluruh harta ayahku di Macau. Tapi, seseorang telah menyelamatkanku dan mengasingkan ku disini. Aku memang berasal dari Seoul. Tapi, rumahku yang di Seoul sudah dijual oleh wanita itu.”
“Ibu tirimu???” tanya Joo Yong.
Dae Han mengangguk dan kembali menatap laki-laki itu penuh harapan. “Aku kini sebatang kara.” Desah Dae Han.
“Kau kira ini apa???? Negeri dongeng??? Mana mungkin aku percaya dengan ceritamu. Sama sekali tak masuk akal. Lalu kau menyebut ini apa??? Dongeng Putri Salju???” desah Dong Ho.
Wajah Dae Han semakin pucat pasi. Semangatnya mulai meredup dan suaranya mulai melemah. “Kalau kau tak percaya, baiklah. Aku akan pergi. Aku juga bukan pengemis dan aku masih punya harga diri.” Kata Dae Han lembut kemudian menarik kopernya.
“Hey Nona, kau mau kemana??? Kau akan tidur dimana???” sahut Joo Yong.
“Tidak apa-apa. Aku akan menggelandangpun bukan urusan kalian kan. Kalian memang tak akan bisa mempercayai ceritaku.” Desah Dae Han dengan suara lemah. Ia menarik tas kopernya dengan lemah. Joo Yong terlihat ingin mencegah wanita itu pergi. Tapi, Dong Ho mulai mengomel.
“Hyung, biarkan saja dia pergi!!!Kita tidak tahu apa yang sedang direncanakan dia. Bisa saja dia orang jahat yang sedang menyamar.”

***

Dae Han menarik tas kopernya dan segera pergi dari tempat itu. Tak ada yang bisa dipertahankan. Laki-laki itu benar-benar keras kepala. Jalannya mulai sempoyongan saat hendak masuk kedalam lift. Pikirannya kacau, hatinya galau. Ia tak tau harus kemana lagi setelah ini. Ia menekan tombol lift untuk menuju lantai dasar. Selama itu, ia hanya melamun dan menahan rasa sakit di dadanya. Jantungnya mulai berdetak kencang, tak seperti biasanya.
Ting...
Dentingan lift berbunyi yang menandakan pintu akan terbuka. Menyadarkan Dae Han dari lamunannya. Tiba-tiba ia merasakan kepalanya berat sekali dan susah berjalan. Tepat didepan lift, ia menjatuhkan tasnya dan melepaskan pegangan kopernya begitu saja. Kepalanya benar-benar sakit dan kemudian jatuh pingsan tepat di depan lift.

***

“Baiklah Hyung. Kalau begitu aku yang akan pergi ke supermarket.” Kata Dong Ho seraya memakai jasnya dan mengambil dompet beserta kunci mobilnya.
“Hey, jangan beli yang kadar alkoholnya tinggi.” Seru Joo Yong dengan tangan menggenggam ponsel dan mulai menekan beberapa nomor di ponselnya.
Dong Ho berjalan memasuki lift, lalu memakai kacamata hitam dan sedikit menata rambutnya. Ia tetap seperti itu sebelum mendengar dentingan lift.
Ting...
“Mengagetkan saja.” Desahnya setelah lift berdenting dan membuka pintunya secara perlahan.
Dong Ho tetap berjalan sambil melihat kearah jam tangannya. “eh,” pekiknya. Ia menginjak sesuatu. Mungkin batu? Oh tidak, mungkin tas? Ya, dia menginjak tas gadis yang ditemuinya waktu lalu. Sedang apa gadis ini??? Ia memandangi Dae Han dengan bertanya-tanya. Apakah gadis ini pingsan???. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang yang mungkin tau sebab gadis ini seperti ini. Sepi, tak ada siapa-siapa disana.
“Nona, sedang apa kau disini??” tanyanya pada gadis itu. namun, Dae Han tetap tak bergeming sedikitpun. Dong Ho mencoba menyentuh tangan gadis itu dan ‘Astaga!!!’. Tangannya dingin sekali.
Dong Ho juga tak sekejam itu kepada wanita. Dia menggendong Dae Han dan membawanya ke apartemennya. Dong Ho melihat ke sekitar, hanya ada seorang yang tak ia kenal yang tengah berdiri memperhatikannya. Percuma saja minta tolong kepada dia.
“Apa yang sebenarnya terjadi??? Apa kau berusaha melukai gadis ini???” tanya Joo Yong begitu melihat artisnya menggendong gadis yang mengaku namanya Jin Dae Han itu.
“Dia pingsan di depan lift. Aku merasa iba kepadanya. Tolong kau rawat dia ya.” Kata Dong Ho kemudian meletakkan Dae Han di tempat tidurnya.
“Aku mau pergi menemui Presdir sekarang. Ada jadwal showmu yang dibatalkan. Kau rawat saja dia sendiri. Baiklah, aku pergi.” Kata Joo Yong lalu memakai sepatu dan pergi dari apartemen itu.
“Hyung!!!!” seru Dong Ho kepada Hyungnya yang akan pergi dari apartemennya itu. Joo Yong menghiraukan seruan Dong Ho dan mendesah pelan.
“Rasakan!!! Suruh siapa kau tak mempedulikan nona itu tadi. Padahal sudah kukatakan kalau Nona itu sepertinya tidak enak badan.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar