Author : Kim Nhara
Genre : Romance, Family
Cast : Tentukan sendiri sesuai imajinasi kalian, karena author tidak memaksa dan membatasi imajinasi kalian.
Desclaimer : Ini asli milik Author. Tolong berikan komentar ya :)
PROLOG
Siapa gadis ini?
Apakah dia pernah hidup
bersamaku di kehidupan sebelumnya?
Wajah dan senyumannya tentu
membuatku serasa berada di beberapa tahun silam. Sepertinya aku telah di
lahirkan kembali di dunia yang sama.
Apakah ini dunia nyata?
Apakah ini takdir? Semuanya
berjalan dengan cepat.
Aku tak mampu mengenali
diriku yang dahulu.
Apa aku sudah gila?
Bahkan sejak awal, kau
adalah milikku..
-----------------------------------------------------------------------
PART I
“Aku tidak bisa
pergi tanpa membawa uangku!!!!! Aku harus pulang dan mengambil beberapa pakaian
dan kartu kreditku sebelum kau meninggalkanku disini.” Pekik gadisdidepannya
itu dengan suara melengking.
Ia sangat tahu
bagaimana perasaan gadis itu. Tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Ia hanya
mendapat perintah untuk membunuh Jin Dae Han. Gadis yang ia cintai. Apakah dia
akan benar-benar membunuhnya??? Tentu saja tidak. Kyung Woo mengulurkan tas
mewah dan sekoper pakaian milik gadis yang ada didepannya. Ia benar-benar tidak
tau harus melakukan apa setelah melihat gadis yang didepannya itu duduk di
trotoar dengan memeluk lututnya.
“Oppa, apa yang
harus aku lakukan????”
Kyung Woo duduk
disebelah gadis itu dan merangkul pundaknya. “Dae Han ah, kau harus tau mengapa
aku lakukan ini padamu. Aku tidak ingin kau mati ditanganku. Biar aku saja yang
dibunuh jika Ibutahu kau tidak benar-benar mati.”
Gadis itu
menatap Kyung Woo yang saat itu juga sedang memandangnya. Mata mereka bertemu
pandang. Kemudian Dae Han berdiri dan duduk setengah bersandar di bagian depan
mobil Kyung Woo. “Dia memang licik. Apakah ayahku tau tentang ini??? Lama-lama
aku bisa gila.”
Hati Kyung Woo
bagai tersayat melihat gadis itu meneteskan air mata. Apalagi jika harus
membunuh gadis itu menggunakan tangannya sendiri. Ia benar-benar tak habis
pikir. Kyung Woo beranjak dan menggenggam tanga Dae Han. “Kau,” suaranya
bergetar. “jaga diri baik-baik. Aku sudah mencarikan apartemen untukmu. Aku
juga akan sering menjengukmu. Kau harus makan tepat waktu. Jika ada sesuatu,
hubungi saja aku. Sekarang aku harus pergi.” Kata Kyung Woo lalu masuk kedalam
mobilnya. Dan seketika itu, mobilnya melesat kencang.
“Oppa...”
Kyung Woo hanya
menangis saat dia mulai bergerak menjauhi tempat gadis itu berdiri. Masih bisa
dilihat jelas dari spion bagaimana keadaan Dae Han saat dirinya mulai menjauh.
Dae Han menangis dan terus menatap mobil Kyung Woo darisana, hingga Kyung Woo
sudah tak dapat melihat Dae Han lagi.
***
“Apa yang harus
aku lakukan sekarang???” suaranya mulai serak karena terlalu banyak menangis.
Sejak lahir, dirinya tak pernah hidup sendirian. Didalam hidupnya selalu banyak
orang yang mengelilinginya, ayah, ibu, nenek, dan para pengasuhnya. Kini
tiba-tiba ia harus tinggal di apartemen seorang diri. Tak ada koki pribadinya
yang selalu membuatkan makanan kapanpun saat dia merasa lapar. Tak ada Wong Ki,
anjing kecilnya. Tak ada para pengasuhnya yang selalu bisa disuruh ini dan itu,
kapanpun dan dimanapun ia berada.
Ia meraih remot
control dan menghidupkan TV diruang tengah apartemennya itu. Ia melihat berita
sekilas lalu mengambil minum. Tapi, ia kembali pada berita di TV itu dan
membatalkan niatnya untuk minum. Berita apa ini?? Berita tentangnya??. “.....Pewaris Grup JinDy, Jin Dae
Han meninggal karena kecelakaan lalu lintas tadi malam. Tak banyak orang yang
mengetahui hal ini. Hanya saja pihak keluarga dan kerabat dekatnya saja......”
Tangan Dae Han
mengenggam remot control dengan sangat erat. Tangannya pun sampai bergetar. Ia
ingin sekali pulang ke Macau dan memaki Hong Su Ri. Dadanya terasa sesak
mendengar berita itu. Berita palsu yang telah direncanakan oleh Ibu tirinya.
Dan sesekali ia melototkan matanya ke depan layar TV. Ia benar-benar tak
percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Ada sebuah makam mewah yang
bertuliskan nama Jin Dae Han di nisannya. Dan disebelahnya. Apa ini??? Kenapa
dia melakukan ini???. Disebelahnya ada Ibu tirinya yang terduduk lemas sambil
menangis. Sebenarnya, jasad siapa yang dibawa oleh Kyung Woo dan diserahkan
kepada ibunya itu?? Dae Han tahu pasti. Bahwa Kyung Woo adalah laki-laki yang
pintar. Hal seperti ini tentu tak ada masalah baginya.
“Gila!!!!! Apa
yang dia lakukan??? Setelah dia buat ayahku menderita, sekarang saatnya dia
membuat hidupku berantakan. Benar-benar tidak waras!!!!!. Selama aku masih
hidup, tak akan ku biarkan Grup JinDy menjadi miliknya.” Seru Dae
Han.
Ting..tung...
Suara bel pintu
apartemen membuatnya terkejut dan tersadar dari omelannya. Ia menghampiri
Interkom untuk melihat siapa yang datang. Oh, rupanya pegawai apartemen.
“Selamat pagi
Nona. Anda harus segera pergi dari tempat ini. Karena sebentar lagi, Dong Ho
ssi akan segera tiba.” Kata laki-laki pendek dan sedikit gemuk itu.
“Tapi aku sudah
membayar sewa apartemen ini selama 1 tahun. Kau ini bagaimana. Kalau ada yang
sewa, bilang saja ini sudah di sewa oleh Jin Dae Han.” Kata Dae Han lalu
menutup pintu. Dengan sigap, laki-laki itu menahan daun pintu dengan kakinya.
“Tidak bisa
Nona, memangnya anda siapa???. Uang anda nanti akan kami kembalikan. Cepat
bereskan barang-barang anda.”
“Tidak
mau!!!!!”
“Baiklah,
mungkin cara ini yang anda inginkan!!!!”
***
Dong Ho keluar
dari mobil verarry sportnya dan berjalan menuju ke dalam apartemen mewah yang
dipesannya beberapa saat lalu. Sampai di pintu masuk, ia melihat laki-laki yang
umurnya 2 tahun lebih tua darinya dan segera berjalan menghampirinya.
“Oh, Hyung!!”
sapa Dong Ho sambil mengangkat tangan kanannya ke arah laki-laki yang tengah
berjalan menghampirinya.
“Bagaimana
keadaannya??? Tidak terlalu jelekkan??? Untuk sementara kau tinggal disini dulu
sampai rumahmu selesai direnovasi.” Kata laki-laki yang dipanggil Hyung oleh
Dong Ho itu.
“Kamarku nomor
berapa???” tanya Dong Ho kepada manajernya setelah menerima kunci kamar yang
diulurkan oleh laki-laki yang ternyata bernama Park Joo Yong itu.
Park Joo Yong
hanya tersenyum, lalu berkata, “di lantai 4. Nomor 210. Mereka dengan susah
payah mendapatkan apartemen itu.” kata Park Joo Yong kemudian mengikuti
artisnya masuk kedalam lift.
Lelah sekali!!!
Pikir Dong Ho. Matanya sudah tak kuat lagi untuk dibuka. Lalu ia mengerjapkan
matanya sebelum mendengar dentingan bel tanda pintu terbuka berbunyi.
***
“Jangan lempar
tas ku!!!!!! Kau tau berapa harga tas ini??? Aku dapatkan tas ini di acara
peluncuran perdananya.” Teriak Dae Han. Ia sama sekali tak habis pikir kenapa
nasipnya bisa sesial ini.
“Cepatlah pergi
Nona!!!!! Oh, Lee Dong Ho ssi, sudah datang???” kata pegawai apartemen setelah
melihat seseorang di belakang Dae Han.
Dae Han menoleh
hanya dengan satu sentakan. Siapa laki-laki ini??? Mungkin dia lah orang yang
telah merebut apartemennya???.
Laki-laki itu
memberi salam kepada si pegawai apartemen dan sedikit tersenyum kepada Dae Han.
Apa??? Apa yang dia lakukan??? Setelah merebut apartemennya, dia mau bersikap
baik pada Dae Han???
“Apa???” kata
Dae Han sambil mendongakkan kepalanya ke laki-laki itu.
“Siapa dia???”
tanya Dong Ho kepada manajer dan pegawai apartemen itu.
Joo Yong hanya
mengangkat bahunya dan menggeleng pelan. Dan dengan serentak, mata Dong Ho dan
Joo Yong langsung tertuju pada pegawai apartemen itu. dialah satu-satunya yang
bisa diminta penjelasan.
“Nona ini
adalah penyewa apartemen ini sebelum anda. Dan dia tidak mau pergi dari
apartemen ini. Padahal, sudah saya ingatkan sejak 1 jam yang lalu.”
Mata Dae Han
serasa ingin keluar dari tulang tengkoraknya. Tangannya menahan jantungnya
didepan dada, ia merasa bahwa jantungnya pun sudah hampir copot. Kenapa hari
ini benar-benar sangat menyakitkan???. “Hey Tuan!!!! Aku baru saja pindah
kemari. Aku juga sudah membayar uang sewanya selama 1 tahun kan??? Bahkan
seharipun aku belum tidur diranjangnya. Seharusnya kau suruh tuan ini mencari
apartemen lain,” kata Dae Han sambil menunjuk laki-laki yang berdiri disebelah
manajernya itu.“Negara ini juga punya peraturan!!! Jangan main ambil apartemen
orang!!!” teriak Dae Han di depan wajah pegawai apartemen itu.
Tuan yang ditunjuk
oleh Dae Han itu punya nama. Namanya adalah Lee Dong Ho, artis papan atas yang
baru saja pulang dari Amerika Serikat. Dan saat ia pulang, rumahnya sedang
direnovasi. Karena pada saat terakhir kalinya ia berada disana, rumahnya sedang
kacau karena di kira tidak punya surat tanah. Ibunya seorang Pengusaha resort
Spa di Jeju.
“Siapa gadis ini
sebenarnya???” Dong Ho sangat terkejut melihat gadis yang bersikap biasa-biasa
saja saat bertemu dengan dirinya. Padahal, 99 % wanita yang bertemu dengannya
akan selalu berkomentar ‘Oppa, kau tampan sekali!!!!’, itu minimal bagi wanita
yang tidak kenal dengan Dong Ho. Sedangkan untuk penggemarnya, mungkin bisa
lebih sedikit anarkis dari penggemar artis lainnya.
“Aku Jin Dae
Han!!!! Cepat kembalikan apartemenku!!!!!” kata Dae Han sambilmengulurkan
tangannya kedepan wajah Dong Ho.
“Apa??? Ini
sudah menjadi milikku.” Kata Dong Ho lalu masuk kedalam apartemen itu dan
diikuti oleh Dae Han.
Dong Ho melihat-lihat
isi apartemen itu. Cukup bagus. Ada 2 kamar didalamnya, satu dapur dan satu
kamar mandi. Ada ruang TV yang sedikit berantakan didalamnya. Bantal yang
berserakan dikarpet ruang TV dan beberapa bungkus makanan ringan???? Pasti ulah
gadis itu, pikir Dong Ho.
***
Dae Han
merebahkan tubuhnya di soffa ruang TV. Ia menatap lekat wajah 2 laki-laki yang
duduk didepannya itu. Ia berharap mereka bisa berubah pikiran setelah melihat
ekspresi Dae Han, tapi ternyata tidak.
“Sedang apa kau
disini??? Pergilah. Ini sudah menjadi apartemen ku.” Kata Dong Ho kemudian
menerima sekaleng soju yang diulurkan Joo Yong.
Dae Han
menerima juga sekaleng soju yang diulurkan Joo Yong untuknya dan untuk
laki-laki yang menyebalkan itu. “Ajjushi, tolong kasihani lah aku. Aku kemari
sendirian, aku juga tidak punya sanak saudara ataupun teman disini.” Kata Dae
Han dengan wajah tertunduk lesuh.
“Bagaimana bisa
seperti itu????” sahut Joo Yong penasaran.
Dae Han
mendongakkan kepalanya dan menatap laki-laki yang bertanya padanya itu dengan
suara lemah. “Ibu tiriku, dia ingin aku mati. Agar dia bisa menguasai seluruh
harta ayahku di Macau. Tapi, seseorang telah menyelamatkanku dan mengasingkan
ku disini. Aku memang berasal dari Seoul. Tapi, rumahku yang di Seoul sudah
dijual oleh wanita itu.”
“Ibu tirimu???”
tanya Joo Yong.
Dae Han
mengangguk dan kembali menatap laki-laki itu penuh harapan. “Aku kini sebatang
kara.” Desah Dae Han.
“Kau kira ini
apa???? Negeri dongeng??? Mana mungkin aku percaya dengan ceritamu. Sama sekali
tak masuk akal. Lalu kau menyebut ini apa??? Dongeng Putri Salju???” desah Dong
Ho.
Wajah Dae Han
semakin pucat pasi. Semangatnya mulai meredup dan suaranya mulai melemah.
“Kalau kau tak percaya, baiklah. Aku akan pergi. Aku juga bukan pengemis dan
aku masih punya harga diri.” Kata Dae Han lembut kemudian menarik kopernya.
“Hey Nona, kau
mau kemana??? Kau akan tidur dimana???” sahut Joo Yong.
“Tidak apa-apa.
Aku akan menggelandangpun bukan urusan kalian kan. Kalian memang tak akan bisa
mempercayai ceritaku.” Desah Dae Han dengan suara lemah. Ia menarik tas
kopernya dengan lemah. Joo Yong terlihat ingin mencegah wanita itu pergi. Tapi,
Dong Ho mulai mengomel.
“Hyung, biarkan
saja dia pergi!!!Kita tidak tahu apa yang sedang direncanakan dia. Bisa saja
dia orang jahat yang sedang menyamar.”
***
Dae Han menarik
tas kopernya dan segera pergi dari tempat itu. Tak ada yang bisa dipertahankan.
Laki-laki itu benar-benar keras kepala. Jalannya mulai sempoyongan saat hendak
masuk kedalam lift. Pikirannya kacau, hatinya galau. Ia tak tau harus kemana
lagi setelah ini. Ia menekan tombol lift untuk menuju lantai dasar. Selama itu,
ia hanya melamun dan menahan rasa sakit di dadanya. Jantungnya mulai berdetak
kencang, tak seperti biasanya.
Ting...
Dentingan lift
berbunyi yang menandakan pintu akan terbuka. Menyadarkan Dae Han dari
lamunannya. Tiba-tiba ia merasakan kepalanya berat sekali dan susah berjalan.
Tepat didepan lift, ia menjatuhkan tasnya dan melepaskan pegangan kopernya
begitu saja. Kepalanya benar-benar sakit dan kemudian jatuh pingsan tepat di
depan lift.
***
“Baiklah Hyung.
Kalau begitu aku yang akan pergi ke supermarket.” Kata Dong Ho seraya memakai
jasnya dan mengambil dompet beserta kunci mobilnya.
“Hey, jangan
beli yang kadar alkoholnya tinggi.” Seru Joo Yong dengan tangan menggenggam
ponsel dan mulai menekan beberapa nomor di ponselnya.
Dong Ho
berjalan memasuki lift, lalu memakai kacamata hitam dan sedikit menata
rambutnya. Ia tetap seperti itu sebelum mendengar dentingan lift.
Ting...
“Mengagetkan
saja.” Desahnya setelah lift berdenting dan membuka pintunya secara perlahan.
Dong Ho tetap
berjalan sambil melihat kearah jam tangannya. “eh,” pekiknya. Ia menginjak
sesuatu. Mungkin batu? Oh tidak, mungkin tas? Ya, dia menginjak tas gadis yang
ditemuinya waktu lalu. Sedang apa gadis ini??? Ia memandangi Dae Han dengan
bertanya-tanya. Apakah gadis ini pingsan???. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri,
mencari seseorang yang mungkin tau sebab gadis ini seperti ini. Sepi, tak ada
siapa-siapa disana.
“Nona, sedang
apa kau disini??” tanyanya pada gadis itu. namun, Dae Han tetap tak bergeming
sedikitpun. Dong Ho mencoba menyentuh tangan gadis itu dan ‘Astaga!!!’.
Tangannya dingin sekali.
Dong Ho juga
tak sekejam itu kepada wanita. Dia menggendong Dae Han dan membawanya ke
apartemennya. Dong Ho melihat ke sekitar, hanya ada seorang yang tak ia kenal
yang tengah berdiri memperhatikannya. Percuma saja minta tolong kepada dia.
“Apa yang
sebenarnya terjadi??? Apa kau berusaha melukai gadis ini???” tanya Joo Yong
begitu melihat artisnya menggendong gadis yang mengaku namanya Jin Dae Han itu.
“Dia pingsan di
depan lift. Aku merasa iba kepadanya. Tolong kau rawat dia ya.” Kata Dong Ho
kemudian meletakkan Dae Han di tempat tidurnya.
“Aku mau pergi
menemui Presdir sekarang. Ada jadwal showmu yang dibatalkan. Kau rawat saja dia
sendiri. Baiklah, aku pergi.” Kata Joo Yong lalu memakai sepatu dan pergi dari
apartemen itu.
“Hyung!!!!”
seru Dong Ho kepada Hyungnya yang akan pergi dari apartemennya itu. Joo Yong
menghiraukan seruan Dong Ho dan mendesah pelan.
“Rasakan!!!
Suruh siapa kau tak mempedulikan nona itu tadi. Padahal sudah kukatakan kalau
Nona itu sepertinya tidak enak badan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar