Minggu, 18 Oktober 2015

Princess Deokhye (Deokhye Ongju)

Oktober 18, 2015 0 Comments
Princess dukhye around 1923.JPG
putri deokhye


deokhye princess


Gojong dan Kekaisaran Korea
26 raja dari Dinasti Joseon, Raja Gojong, pindah ke istana pada tahun 1897,
dimana dia memproklamirkan Kekaisaran Korea Agung dalam upaya untuk menyatakan kemerdekaan bangsa dari China, Jepang, dan Rusia. Namun, bukan benar-benar memperkuat militer negara itu, Kaisar Gojong (1852-1919) malah akan menghabiskan banyak waktu dan energinya merenovasi dan memperluas istana ini. Dia tinggal di sini sampai turun tahta kepada putranya, Kaisar Sunjong, pada tahun 1907, saat istana ini berganti nama Doeksugung. Ketika pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1910, Kaisar Gojong dikenakan tahanan rumah di Doeksugung, di mana ia akhirnya meninggal pada tahun 1919.
 
Kaisar Gwangmu
Kita kembali empat generasi karena kematian keluarga kerajaan Korea bisa dibilang dimulai pada tahun 1907. Sementara Korea secara resmi menghilang pada tahun 1910, dalam kepraktisan Korea hilang adalah kedaulatan pada tahun 1905, ketika Jepang-Korea Perjanjian tahun 1905 disepakati. Di bawah perjanjian itu, Korea menjadi Jepang “protektorat”, dan kehilangan kemampuan untuk melakukan urusan luar negerinya sendiri. Seorang gubernur dari Jepang dikirim ke Korea untuk melakukan urusan luar negeri Korea gantinya. Tak perlu dikatakan bahwa perjanjian itu tidak masuk ke dalam dengan cara yang adil – puluhan tentara Jepang yang bersenjata menatap kaisar dan para pejabat ketika perjanjian itu ditandatangani.
Kaisar Gwangmu (juga dikenal sebagai Gojong) Korea dengan jelas bisa melihat di mana pembicaraan ini. Meskipun Perjanjian 1905 dilucuti kemampuannya untuk melakukan urusan luar negeri, kaisar mengirim utusan rahasia untuk 17 negara besar, termasuk Inggris, Perancis dan Jerman, untuk memprotes penandatanganan paksa Perjanjian 1905. Puncak dari usaha ini adalah pada tahun 1907, ketika tiga utusan Korea dikirim ke Konvensi Perdamaian Internasional Kedua di Den Haag. Meskipun Jepang membekukan keluar utusan dari menghadiri konvensi tersebut, Yi Wi-Jong, salah satu dari tiga utusan, berhasil memberikan pidato memohon bantuan dalam konferensi terpisah. (Susah Pidato karena telinga tuli.)


Tiga rahasia utusan ke Den Haag:Yi Sang-Seol, Yi Joon, Yi Wi-Jong
Meskipun upaya kaisar tidak menciptakan hasil, Imperial Jepang tidak menyukai aktivitas ekstrakurikuler Kaisar Gwangmu, dan menuntut agar ia melepaskan tahtanya. Kaisar setuju, memberikan cara untuk putranya, Kaisar Yunghui (juga dikenal sebagai Soonjong) – yang akan menjadi kaisar terakhir dari Kekaisaran Korea. Mantan Kaisar Gwangmu meninggal pada 1919. Meskipun hal ini tidak tertentu, ada begitu banyak bukti bahwa ia diracun.
.
Generasi Kedua: Kaisar Yunghui, Raja Euichin, Raja Yeongchin, Putri Deokhye

Kaisar Gwangmu memiliki 13 anak, tetapi hanya empat hidup hingga dewasa – tiga putra dan seorang putri. Dan mereka yang selamat dalam arti sebenarnya. Bahkan sebagai kekaisaran berada dalam kemunduran terjal, intrik istana tidak berhenti. Putra Kaisar Gwangmu tertua, lahir dari istri ketiganya, dikabarkan telah diracuni oleh Ratu Ibu Suri, istri utama kaisar. Putra kedua, lahir dari Ratu Ibu Suri, mati muda.
Sang ayah Kaisar mungkin telah meracuni dia. Putra mahkota – anak ketiga yang akan menjadi Kaisar Yunghui-juga diracun di masa mudanya, tapi hampir tidak selamat. Ada rumor bahwa karena efek tersisa dari keracunan, putra mahkota tidak memiliki kapasitas mental penuh.


Dari kiri: Raja Euichin, Kaisar Yunghui,
Raja Yeongchin, Kaisar Gwangmu, dengan Putri Deokhye di depan

Keluarga Kerajaan Korea Terakhir
Pada tahun 1910, Kaisar Yunghui ditandatangani di atas kerajaannya ke Imperial Jepang, mengakhiri dinasti 600 tahun dipimpin oleh keluarganya. Kaisar Yunghui diturunkan untuk seorang raja, bawahan kepada kaisar Jepang. Keluarga kerajaan Korea secara keseluruhan menjadi bangsawan Jepang. Kebijakan Kekaisaran Jepang terhadap keluarga kerajaan Korea jelas: keluarga kerajaan akan bisa jadi telah berasimilasi atau dibunuh. Yang pertama pergi adalah Gwangmu Kaisar, seperti dijelaskan di atas. Kaisar Yunghui tidak berlangsung lebih lama lagi – dia meninggal pada tahun 1926, pada usia 53.
Mungkin tokoh paling menarik dalam drama ini adalah Yi Gang (juga dikenal sebagai Raja Euichin,) kedua yang masih hidup anak Gwangmu. Yi Gang belajar di Roanoke College di Virginia dan seorang perwira militer kekaisaran Korea ketika kakaknya ditandatangani di atas kekaisaran. Yi Gang diam-diam membantu gerakan kemerdekaan Korea, menandatangani petisi dan mengirim dana untuk mendukung pejuang kemerdekaan Korea dan sekolah. Dia berusaha melarikan diri Korea dan bergabung dengan pemerintahan sementara di Shanghai, tapi ditangkap dalam proses dan kehilangan status bangsawan itu. Sejak itu, ia menghindari pengawasan Imperial Jepang dengan terlibat dalam melacur berlimpah boozing dan sambil terus mendukung gerakan kemerdekaan. Selama gerakan kemerdekaan, ia menyatakan bahwa ia akan melepaskan statusnya kerajaan dan tunduk pada aturan pemerintah demokratis. Dia memimpin hidup tenang setelah kemerdekaan, dan meninggal pada tahun 1955 pada usia 79.
Kaisar Yunghui meninggal tanpa anak, dan Raja Euichin tidak disukai oleh orang Jepang karena keterlibatannya dalam gerakan kemerdekaan Korea. Oleh karena itu, putra bungsu Gwangmu yang masih hidup, Raja Yeongchin, berhasil takhta. Yi Eun, juga dikenal sebagai Raja Yeongchin, lahir pada tahun 1897. Pada usia sepuluh, ia dibawa ke Jepang untuk “belajar” di bawah perlindungan Gubernur Jepang Korea – dasarnya ditahan sebagai sandera. Sebagai bangsawan Jepang kontemporer lakukan, Eun Yi terpaksa menghadiri akademi militer. Ia menjadi pejabat militer Jepang, dan dipaksa untuk Masako Nashimotonomiya menikah, seorang anggota keluarga kerajaan Jepang. Ia menjadi raja Korea setelah ayahnya meninggal pada tahun 1926, tetapi hanya mengunjungi Korea sebentar untuk menerima mahkota. Ia menjadi seorang jenderal dari tentara Jepang pada tahun 1938. Dia akan melihat akhir Perang Dunia II di Jepang.

Young Yi Eun with his Japanese “patron,” Governor-General Ito Hirobumi

Setelah perang, Yi Eun kehilangan status bangsawan,
yang mendorong keluarganya ke dalam kemiskinan yang parah. Dia akan mengikis oleh dengan bantuan keuangan dari kaum royalis yang tersisa sangat sedikit Korea. Istrinya juga harus bekerja, meskipun status keluarga kerajaan itu. Ia berusaha untuk kembali ke Korea, tapi ditolak – bahwa ia bertugas di militer Jepang dan menikah dengan keluarga kerajaan Jepang tidak bermain dengan baik dengan pemerintah Korea yang baru didirikan. Dia menderita stroke pada tahun 1961 di Hawaii saat mengunjungi putranya, ia diizinkan untuk kembali ke Korea pada tahun 1963, dan tinggal di Istana Changdeok dengan bibinya. Dia meninggal pada tahun 1970.

Ini adalah ironi yang kejam dari sejarah bahwa satu-satunya orang yang keluar dari drama ini dengan sedikit pun martabat adalah istri Yi Eun, Masako. Setelah kembali ke Korea pada tahun 1963, ia mengganti namanya menjadi nama Korea Yi Bang-Ja dan terfokus energinya pada kegiatan amal, mendirikan sekolah untuk anak cacat meskipun hidup dari pensiun pemerintah sedikit. Ia menerima medali banyak dan penghargaan untuk pekerjaan relawan. Dia meninggal pada tahun 1989.


Putri Deokhye,

putri Gwangmu bungsu yang lahir pada tahun 1912




Dia dipaksa pindah ke Jepang ,pakaian yang dikenakan saat dibawa ke Jepang masih ada dimueum Jepang lihat illustrasi.

 


dan menghadiri universitas, di mana dia mengembangkan skizofrenia. Pada tahun 1931, ia menikah dengan seorang bangsawan Jepang di perjodohan, dan memiliki seorang putri.


 Dia selamat perang, namun kalah putri satu-satunya dalam proses. Dia ditinggalkan oleh suaminya pada tahun 1953 sebagai skizofrenia memburuk. Untuk sembilan tahun ke depan, dia akan pergi dari rumah sakit jiwa ke rumah sakit jiwa di Jepang.


Pemerintah Korea mendengar tentang dirinya pada tahun 1962. dan Presiden Park Chung-Hee lulus hukum untuk menyediakan pensiun bagi mantan keluarga kerajaan di respon. Putri Deokhye kembali ke Korea, dan tinggal di Istana Changdeok sampai 1989 ketika dia meninggal.
Ketiga dan Keempat Generasi: Gu Yi dan 21 Raja Euichin Anak-anak
Yi Eun dan Masako memiliki dua putra, tetapi anak yang lebih tua meninggal kurang dari satu tahun. Pejabat putra mahkota terakhir dari keluarga kerajaan Korea Yi Gu, lahir pada tahun 1931. Dia telah menghabiskan seluruh hidupnya di Jepang, dan dia bekerja sebagai juru tulis untuk sebuah perusahaan di Tokyo setelah Perang Dunia II. Pada tahun 1953, ia pindah ke luar negeri untuk belajar di MIT, dan bertemu dengan calon istrinya – seorang wanita kulit putih Amerika bernama Julia Murlock. Gu Yi menikah Murlock pada tahun 1959 di New York, dan dia bekerja untuk perusahaan arsitektur IM Pei.
Dia juga diizinkan kembali ke Korea pada tahun 1963, dan kuliah arsitektur di universitas. Tapi ia tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di Korea. Meskipun Korea tidak lagi monarki, Yi Jeonju (Lee) masyarakat keturunan mengambil (dan masih membutuhkan) garis keluarga kerajaan yang sangat, sangat serius. Gu Yi menerima tekanan sebagai putra mahkota dalam keluarganya, dan bahwa ia menikah dengan seorang wanita kulit putih yang tidak bisa hamil hanya mengintensifkan tekanan. Gu Yi dipisahkan dari Murlock pada tahun 1977, dan kembali ke Jepang pada 1979. Ia akan mengunjungi Korea dari waktu ke waktu, tetapi menolak untuk menetap di Korea. Dia meninggal sendirian pada tahun 2005 di sebuah hotel di Tokyo, ternyata Yi Gu disukai hotel karena diabaikan tempat kelahiran lamanya. Dia dikuburkan dalam pakaian kerajaan; pemakamannya dihadiri oleh perdana menteri Korea (setara dengan wakil presiden Amerika) dan 1.000 orang.
 source : iwansuwandy

Senin, 12 Oktober 2015

Fakta Sejarah Perang Korea

Oktober 12, 2015 0 Comments
Sebenarnya, saya sendiri adalah seseorang yang sangat membenci perkelahian antara negara. Apalagi jika negara tersebut awalnya merupakan satu kestuan, berbahasa satu, bertanah air satu yaitu semenanjung korea, berbudaya satu, dan lahir pada masa yang sama. Tapi kenapa sekarang mereka justru terbagi menjadi dua seperti ini? Kalian, tentunya para pecinta korea pasti berpikiran sama. Kenapa hal ini dapat terjadi? Faktanya, semua ini adalah dampak dari perang dunia II dan perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.

Terjadinya Perang Korea pada tahun 1950-1953

Setelah berakhirnya Perang Dunia II muncul persaingan-persaingan baru antara Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet) yang lebih dikenal dengan sebutan “Perang Dingin”. Adapun negara-negara yang telah menjadi korban akibat dari Perang Dingin diantaranya:
1.    Vietnam, yang terpecah menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan
2.    Jerman, terpecah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur
3.    Korea, terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara
            Dalam perjanjian Yalta pada tahun 1945 disebutkan bahwa, Uni Soviet akan mengumumkan perang kepada Jepang setelah Perang di Eropa selesai. Dimana pasukan Uni Soviet akan menyerang Jepang melalui Semenanjung Korea. Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet melancarkan serangannya terhadap pasukan Jepang lewat Semenanjung Korea hingga mencapai garis batas 38º LU. Selama enam hari peperangan Uni Soviet keluar sebagai pemenang, tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1945 pasukan Jepang menyerah kepada sekutu dengan ketentuan pasukan Jepang yang berada disebelah Utara garis 38º LU menyerah kepada Uni Soviet, sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah Selatan garis 38º LS menyerah kepada Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi dasar pembagian Korea, sehingga garis batas 38º Lintang Utara (LU), menjadi garis batas demarkasi antara Korea Utara dan Korea selatan.
Sebab-sebab Umum
a.    Adanya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
            Salah satu dampak Perang Dunia II adalah adanya Perang Dingin, yakni pertentangan antara Blok Barat dibawah komandan Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet. Pihak Korea Selatan yang berada dibawah pengaruh Amerika Serikat mengembangkan paham liberal-kapitalis, sedangkan Korea Utara dibawah pengaruh Uni Soviet mengembangkan paham sosialis-komunis.
b.    Pembagian wilayah korea menjadi dua bagian
            Setelah Perang Dunia II berakhir, Korea menjadi daerah yang dipersengketakan. Dimana beberapa hari sebelum Jepang menyerah pada tanggal 10 Agustus 1945, Amerika Serikat dan Uni Soviet akan menerima tawanan-tawanan perang Jepang yang berada didaerah Korea. Keputusan ini didasarkan pada Perjanjian Potsdam 1945, yaitu membagi Korea menjadi dua bagian dengan batas wilayah 38º Lintang Utara, menyerah kepada Amerika Seikat dibawah pimpinan Letnal Jenderal  John R. Hogde. Sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah Utara garis 38º Lintang Utara, menyerah kepada Uni Soviet dibawah pimpinan kolonel Jenderal Ivan M. Christyalov.
            Pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet sebenarnya tidak menjadikan garis tersebut sebagai garis demarkasi antara Korea Utara dan Korea Selatan, melainkan garis tersebut hanya merupakan batas wilayah untuk menerima tawanan-tawanan Jepang pasca Perang Pasifik. Namun, pada akhirnya garis tersebut berubah fungsi menjadi garis demarkasi antara pertahanan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dengan demikian, pembagian wilayah Korea enjadi dua bagian ini menjadi suatu garis pertikaian antara dua kekuatan. Dilain pihak, secara tidak langsung hal ini mengahalangi cita-cita bangsa Korea untuk menjadi bangsa yang merdeka dan bersatu.
c.    Tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tentang pembentukan Korea Utara.
            Pada bulan Desember 1945 diadakan konferensi para menteri luar negeri di Moskow, konferensi ini diadakan sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Potsdam. Dalam konferensi tersebut memperoleh atau menghasilkan kesepakatan antara Amerka Serikat, Uni Soviet dan Inggris yang menyatakan akan membentuk pemerintahan Korea yang demokratis. Pemerintahan ini merupakan pemerintahan perwakilan Internasional yang akan berlangsung selama lima tahun, dimana dalam pemerintahan perwakilan tersebut pasukan-pasukan Amerika Serikat maupun Uni Soviet ikut serta didalamnya (joint Commission).
            Pelaksanaan pemerintahan perwakilan Internasional ternyata tidak dapat diwujudkan, karena tidak adanya kesepakatan antara amerika serikat dan uni soviet. Masalah korea kemudian dibawa ke sidang sidang umum PBB. Pada tanggal 14 November 1947, sidang umum PBB memutuskan untuk membentuk komisi yang disebut “United Nations Temporary Commission on Korea” (komisi Sementara PBB untuk Korea). Dari hasil sidang tersebut menyarankan agar selambat-lambatnya pada tanggal 13 Maret 1948, di Korea diadakan pemilihan umum untuk memilih wakil-wakil rakyat Korea. Tugas dari komisi Sementara PBB untuk korea antara lain:
1)   Mengadakan pengawasan keberlangsungan pemilihan umum
2)   Mengadakan pembicaraan dengan para wakil rakyat hasil pemilihan umum untuk merundingkan umum untuk merundingkan masalah kemerdekaan Korea.
            Kemudian setelah wakil Korea terpilih, maka PBB kemudian mengajukan rencana antara lain:
1)   Membentuk dewan Nasional
2)   Mendirikan pemerintahan Korea yang merdeka.
            Sesudah pemerintahan Korea terbentuk maka tentara pendudukan akan ditarik mundur. Korea selatan dan Amerika Serikat dapat menjalankan rencana tersebut, sebab rencana itu pada dasarnya merupakan siasat dari Amerika Serikat sendiri yang mendominasi dalam PBB. Akan tetapi, Uni Soviet menolak hal tersebut dan mengusulkan, bahwa tentara pendudukan akan ditarik mundur terlebih dahulu, dan baru kemudian mendirikan pemerintahan Korea merdeka. Dengan demikian, korea menjadi ajang pencaturan politik dan militer antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Selanjutnya masing-masing pihak akhirnyamembentuk pemerintahan baru di Korea, yaitu:
1)   Pada tanggal 15 Agustus 1948 Amerika Serikat membentuk Republik Korea (Korea Selatan) beribu kota di Seoul, dengan Syngman Rhee sebagai Presiden pertama.
2)   Pada tanggal 9 September 1948 Uni Soviet membentuk Republik Demokrasi Rakyat Korea (Korea Utara) beribu kota di Pyongyang, dengan Kim II sung sebagai Presiden pertamanya (Agung Leo S, 2012:134)
Sebab-sebab Khusus
Pada bulan desember 1948, sidang umum PBB mengesahkan laporan tentang hasil-hasil pemilihan di Korea Selatan. Sidang menyatakan bahwa pemerintahan Korea Selatan adalah satu-satunya pemerintahan yang sah. Selain itu juga diputuskan terbentuknya komisi baru Korea yakni Commission on Korea (Komisi tentang Korea), tugas dari komisi ini antara lain:
1)   Mengambil alih komisi sementara PBB di Korea
2)   Mencoba mengadakan penyatuan Korea
3)   Mengadakan penyelidikan penarikan pasukan pendudukan di Korea.
Dengan adanya keputusan tersebut, Korea Utara semakin membenci Korea Selatan dan Amerika Serikat. Korea Utara merasa hak-haknya tidak diakui PBB. Dengan demikian, Uni Soviet terus mendukung Korea Utara untuk mendapatkan hak-haknya dan mendapatkan wilayah Korea seluruhnya dengan jalan kekerasan atau peperangan (Agung, 2012: 135).
Jalannya Perang Korea
Perang Korea dari tanggal 25 Juni 1950—27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut “Perang yang dimandatkan” (bahsa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet (juga anggota PBB) (Hendarsah, 2007: 96) dan (Iqbal, 2010: 81).
Berbagai cara telah diupayakan oleh Korea Utara hingga akhirnya mengambil keputusan dengan cara kekerasan atau peperangan. Pengumuman perang disiarkan ke sluruh kota melalui radio Pyongyang. Pada  hari minggu pukul 4, 25 Juni 1950, Korea Utara menyerang Korea Selatan (Montefiore, 2011: 751). Serangan tersebut sangat mengejutkan Korea Selatan sehingga terlihat Korea Utaralah yang memenangkannya. Serangan ditujukan ke Ibukota Seoul, namun karena cuaca buruk, yang berhasil diduduki hanya Kota Chuchon, Ongjin dan Kaesong yang merupakan kota penting di Korea Selatan.
Kota Seoul baru dapat diduduki oleh pasukan Korea Utara setelah tiga hari perang berlangsung yaitu pada tanggal 28 Juni 1950 (lihat gambar 2.1). Dengan direbutnya Seoul, berarti pihak Utara telah berhasil menguasai 50-80 mil2  wilayah teritorial Korea Selatan, 12 kota dan 5 ribu desa dalam jangka waktu empat hati (Agung, 2012: 135). Karena hal tersebut, Presiden Syngnam Rhee beserta staf pemerintahannya meninggalkan Seoul dan memindah pemerintahan ke Taejon.
Perang Korea tidak hanya sebatas perang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Namun, dibelakang negara tersebut ada sekutu masing-masing yang membantu jalannya Perang. Amerika Serikat mengetahui jika di belakang Korea Utara ada Uni Soviet, sehingga AS memutuskan untuk membantu Korea Selatan. Dengan posisi Amerika dalam Dewan Keamanan PBB, Amerika mengusulkan kepada DK PBB untuk bersidang membicarakan Korea. PBB mengadakan sidang dan menghasilkan resolusi PBB yang antara lain berisi sebagai berikut.
1)   Mendesak Korea Utara agar segera menghentikan perang dan menarik mundur pasukan-pasukannya sampai garis batas 38° Lintang Utara.
2)   Memberikan sanksi kepada Korea Utara apabila pihak Korea Utara tidak memperdulikan desakan tersebut, maka PBB dengan para anggotanya akan membantu Korea Selatan.
Pada 27 Juni, Presiden Truman memerintahkan kepada Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk memberi perlindungan kepada pasukan Korea Selatan. Amerika Serikat berkosentrasi di Semenanjung Jepang Pulau Jepang. Strategi militer yang dilakukan oleh Presiden Truman membuat bendungan dengan pasukan-pasukan yang cukup kuat. Presiden Truman mengerahkan pasukan-pasukan Amerika Serikat yang berada di Timur Jauh yaitu di Jepang, di bawah komando Douglas MacArthur diperintahkan untuk mengadakan blokade di seluruh pantai Korea. Pemerintah Cina di Taiwan diminta menghentikan operasinya di daratan Cina, serta bantuan-bantuan militer kepada pemerintah Filipina dan Angkatan Perang Perancis di Indocina ditingkatkan.
Menurut Agung (2012: 137), menyatakan bahwa hingga bulan Agustus 1950, pihak Korea masih tetap unggul, karena hal berikut.
1)   Korea Utara dan Uni Soviet mampu membuat rakyat Korea Selatan bersimpati.
2)   Logistik pihak Korea Utara terpencar, sehingga sulit dihancurkan dan lebih lama dapat bertahan.
3)   Pihak Korea Utara mengadakan penyusupan dan penyamaran yang sangat rapi untuk melemahkan pihak Selatan.
 
Selama tiga bulan (Juni, Juli, Agustus) pihak Selatan mengalami kekalahan, maka untuk menghindari agar Semenanjung Korea tidak jatuh ke pihak Utara, pihak Selatan membuat strategi baru yang disebut “Pertahanan PBB”. Pertahanan tersebut dipusatkan di Pusan, dan dikenal dengan nama “Pusat Parameter”. Daerah penting lain selain Pusan adalah Taegu.
 Mulai september 1950, keunggulan menjadi milik Korea Selatan dengan berhasil direbutnya Seoul pada 26 September 1950 di bawah pimpinan Jenderal MacArthur. Keberhasilan tersebut menjadi dorongan moral bagi pihak Selatan sehingga dapat melampaui garis batas 38° Lintang Utara. Kekalahan pihak Utara tersebut juga merupakan kekalahan Uni Soviet dan membuat RRC yang merupakan sekutu Uni Soviet membantu pihak Utara sebagai tetangga baiknya dari serangan imperialis. Setelah memukul balik tentara Korea Utara dari garis lintang 38 derajat, tentara koalisi Amerika di bawah payung PBB mendekati Sungai Yalu yang berbatasan dengan Tiongkok. Mac Arthur menjanjikan kepada pasukan koalisi untuk merayakan Natal dengan keluarga masing-masing karena perang akan berakhir dan Korea akan bersatu dan demokratis (Widyatmadja, 2005: 169).
Namun, bukan Natal yang mereka rayakan, tetapi usungan peti jenazah mendatangi keluarga tentara Amerika karena Korea Utara kembali melakukan perlawanan. Dengan bantuan RRC, Korea Utara kembali meraih kemenangan. RRC punya persiapan yang matang karena telah terlebih dahulu mempelajari peta perang korea sehingga dapat mengusir pasukan PBB dari Pyongyang untuk kembali ke Selatan. Karena perang Korea juga merupakan perang antara Amerika dan Uni Soviet, maka Amerika pun tidak tinggal diam dengan ikut campurnya RRC. Sehingga menurut Suko dalam Agung (2012: 139) menyatakan bahwa Jenderal MacArthur memberikan wewenang kepada Jenderal Matthew B.Ridgway untuk melancarkan operasi-operasi di Korea.
Jenderal Mattew juga diserahi menggunakan personel tentara VIII dan Korps X yang berarti meliputi kekuatan darat PBB seluruhnya. Pasukan PBB terdiri dari 15 negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia, Selandia Baru, Swedia, Thailand, Belanda, Belgia, Kanada, Turki, Yunani, Afrika Selatan, India dan Filiphina. Situasi perang yang tidak memungkinkan mendorong diadakannya perundingan dan gencatan senjata. Perang Korea pada akhirnya membunuh 1 juta warga Korea, seperempat warga Cina, dan tiga puluh empat ribu warga Amerika (Chang, 2009: 220). Menurut Iqbal (2010: 85) bahwa Amerika kehilangan 36.914 tentaranya, sementara Korea Selatan 415.005. Korea Utara menurut Departemen Pertahanan AS, kehilangan 2 juta serdadunya. Ini adalah jumlah yang sangat besar untuk perang tiga tahun.
Upaya Penyelesaian Perang Korea
Terjadi perang Korea (1950 - 1953) sebab Korea Utara menyerbu Korea Selatan dibantu US dan RRC. PBB membentuk pasukan Internasional dan berhasil mengusir perang kembali ke perbatasan 38o LU (Soepratignyo : 1999, 51). Maka selanjutnya diadakan sesbuah perundungan untuk mencegah meluasnya perang. Pada 23 Juni 1951 Jacob Malik selaku wakil tetap Uni Soviet di PBB, menyatakan bahwa bersedia mengadakan perundingan serta akan segera mengirimkan wakil – wakilnya :
a)    Perundingan Kaesong (10 Juni – 22 Agustus 1951)
Perundingan di Kaesong disetujui oleh pihak Korea utara maupun Korea selatan karena disebabkan oleh kedua belah pihak memiliki masing – masing pendapat mengapa tempat Kaesong disetujui sebagai tempat perundingan :
1.    Pihak Korea Utara mempertimbangkan bahwa Kaesong terletak 20 mil di dalam garis pertahanan mereka
2.    Bagi pihak Korea Selatan dapat menimbulkan kesan bahwa mereka bersedia melaksanakan perundingan.
Perundingan di Kaesong merupakan strategi bagi RRC untuk menghambat gerakan PBB di Kaesong. Kaesong merupakan wilayah yang strategis dalam menentukan kemenangan melalui garis Lintang 38o, namun perundingan yang berlangsung selama tiga bulan ini mengalami kegagalan, disebabkan kedua belah pihak tidak dapat saling menghormati satu sama lain bahkan saling menuduh satu sama lainnya. Kegagalan ini disebabkan tidak adanya kesepakatan tentang garis demokrasi.
b)   Perundingan di Panmunyom (25 Oktober – 27 Juni 1953)
Perundingan ini merupakan perungingan yang bersambung pada perundingan di Kaesong. Dalam perundingan ini masalah garis demokrasi dibahas dan menjadi hangat. Pihak utara mengusulkan garis demokrasi selebar 2 mil, selanjutnya daerah ini dijadikan daerah bebas militer. Tentu saja dengan persetujuan pihak Korea Selatan. Artinya permasalahan pada perundingan sebelumnya yaitu perundingan Kaesong sudah teratasu dan terselesaikan. Perundingan selanjutnya adalah perundingan genjatan senjata.
c)    Gencatan senjata
Pada tanggal 27 Juli 1953 diberlakukan genjatan senjata. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, garis demakrasi militer yang memisahkan kedua belah pihak yang telah ditentukan yaitu memanjang dari muara sungai Han. Dengan demikian, perang Korea berakhir untuk sementara (sejak 1953 sampai sekarang) dalam situasi perang tanpa letusan senjata. Dan keadaan kedua Negara dipecah menjadi dua yaitu Korea selatan dan Korea utara dengan terpisahkan garis LU 38o.
Perang Korea yang berlangsung hingga 27 Juli 1953 memakan korban hampir tiga juta orang tewas. Pada tanggal 8 Agustus 1953, pakta pertahanan bersama antara Korea Selatan dan AS ditandatangani di Seoul oleh John Foster Dolies (Menlu AS) dan Syngman Rhee (Presiden Republik Korea Selatan). Perjanjian ini memberikan perlindungan atas Korea Selatan oleh AS apabila ada serangan dari luar (Songo, --:--)
Dampak dari Perang Korea Terhadap Kedua Negara dan Dunia
Perang Korea ternyata menimbulkan dampak yang cukup luas di dunia internasional. Hal ini dikarenakan oleh berbagai sebab, antara lain:
1.    Korea bekas daerah jajahan Jepang. Jepang merupakan negara fasis terbesar di Asia yang menjadi kekuatan super dan mampu menjadi saingan bagi negara-negara imperialis Barat, seperti Inggris, Amerika Serikat dan Uni Soviet Jepang yang berhasil menganeksasi Korea sejak 1910 menjadi sorotan dunia, karena Jepang dikategorikan penjahat perang setelah Jerman. Kekuata Jepang di Korea merupakan suatu hal penting yang perlu diperhitungkan oleh negara-negara besar di dunia.
2.    Pasca perang dunia II yang ditandai dengan kekalahan Jepang, Korea telah jatuh ke tangan Amerika Serikat, Uni Soviet dan RRC. Ketiga negara tersebut adalah negara kuat yang mempunyai pengaruh dan peranan yang cukup besar di dunia, karena negara-negara di dunia pada saat itu mempunyai ketergantungan pada mereka, khususnya kekuatan militer.
3.    Keikutsertaan PBB, telah melibatkan anggotanya untuk menyelesaikan masalah Korea. Ini berarti, Perang Korea telah pula menyeret negara-negara di dunia. Dengan demikian, Perang Korea juga membawa dampak bagi dunia internasional (Agung, 2012: 142).
Dampak Perang Korea bagi dunia internasional, antara lain sebagai berikut:
1.    Muncunya dua Negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet
Amerika Serikat dan Uni Soviet adalah Negara besar yang rnendominasi dunia pasca Perang Dunia II. Dengan kedudukannya di Korea telah mendapatkan tempat yang strategis di Asia dalam upaya mencari dukungan di Asia dalam perluasan pengaruhnya.
2.    Munculnya RRC sebagai kekuatan baru
Dalam perkembangan intnternasiona sedang mengalami polarisasi kekuatan Barat di bawah komando Amerika Serikat dan kekuatan Timur di bawah pimpinan Uni Soviet, ternyata lebih cenderung untuk menggabungkan diri pada kekuatan Timur. Dalam Perang Korea dengan jelas RRC menyokong Korea Utara dan mengakibatkan perubahan fundamental politik di kawasan Asia Pasifik.
Perang Korea telah menunjukkan kekuatan RRC yang dapat menyaingi kekuatan militer Amerika Serikat. Apabila Uni Soviet tidak mendapat bantuan militer dari RRC, Uni Soviet akan mengalami kekalahan. Dengan adanya partner politik RRC-Uni Soviet sejak Perang Korea, menambah kokohnya pertahanan komunis khususnya di Asia. Sebaliknya, dekatnya hubungan Uni Soviet dan RRC, mengakibatkan putusnya hubungan diplomatik Amerika Serikat-RRC.
RRC muncul sebagai kekuatan baru di Asia, menggantikan kedudukan Jepang yang telah hancur. Didukung oleh jumlah penduduk yang besar, perkembangan industri dan pertanian; RRC berhasil mengembangkan militernya. Keunggulannya dibanding dengan Negara-negara lain di kawasan Asia dan peranannya yang besar dalam Perang Korea, inilah yang mengubah RRC menjadi kekuatan baru di Asia.
Melihat partnership RRC-Uni Soviet, Presiden Truman memutuskan untuk menerapkan politik pembendungan komunis. Selain itu, Amerika Serikat mengadakan perubahan secara fundamental terhadap Jepang yang dapat digunakan Sebagai benteng utamanya di Asia. Bahkan Jepang diizinkan untuk membentuk pasukan bela diri, dimaksudkan agar dapat menangkal meluasnya pengaruh komunis.
Perkembangan komunis di Asia terutama ditujukan pada RRC bukannya Uni Soviet, karera RRC adalah negara yang berada di kawasan Asia, sehingga lebih banyak memahami seluk-beluk Negara-negara di sekitarnya. Dengan demkian, posisi RRC di Asia lebih berbahaya dibandingkan Uni Soviet di Eropa.
3.    Munculnya pertahanan bersama
Untuk menjaga keamanan dan pertahanan seteteh Perang Korea, dan untuk membendung perkembangan komunis secara intensif, menyadarkan negara-negara di dunia membentuk pertahanan bersama dengan kepentingan yang berbeda. Secara kongkret pertahanan bersama yang muncul setelah Parang Korea adalah South East Asia Treaty Organization (SEATO) yang didirikan pada 1954 dengan anggota Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia, Selandia Baru, Filipina, Thailand, Pakistan dan Korea Selatan. Pertahanan bersama ini merupakan satah satu upaya pembendungan komunisme di Asia .
Dari uraian di atas, ternyata Perang Korea baik langsung maupun tidak langsung telah membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah menyadarkan seluruh negara di kawasan Asia-Afrika untuk mewujudkan menjadi suatu negara yang merdeka lepas dari campur tangan asing. Sedangkan dampak negatifnya, Perang Korea telah memecah bangsa menjadi dua negara yang berbeda dengan paham yang berbeda pula. Di samping itu, Perang Korea telah memperuncing persaingan  antara Blok Barat dan Blok Timur (Agung, 2012: 142-144).
Secara signifikan, dampak adanya Perang Korea ini dapat dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu:
1.    Dampak Ekonomi kedua belah pihak (Utara dan Selatan)
Perang antar kedua pihak ini mengakibatkan hancurnya infrastruktur dan ekonomi negara. Pada tahun 1970 ekonomi kedua belah pihak sempat seimbang, namun orientasi ekonomi Korea Utara lebih memprioritaskan pada kepentingan militer dibanding dengan kebutuhan rakyatnya sendiri. Korea Utara seringkali mengalami kekurangan makanan dan menyebabkan tingginya tingkat kematian penduduk akibat kelaparan. Korea Utara seringkali meminta bantuan dari luar negeri, tak terkecuali dari pihak Korea Selatan.
Berbeda halnya dengan Korea Selatan, mereka lebih menekankan pertumbuhan ekonomi dengan liberalisasi pasar dan perdagangan, sehingga perindustrian dan kemajuan ekonomi Korea Selatan maju dengan pesat dan menjadi salah satu Macan Asia.
2.    Dampak Politik
Korea Selatan mengadopsi sistem politik yang demokratis, berbeda dengan sistem politik di Korea Utara yang komunis-sentralistik. Dengan sistem demokrasi, maka pihak militer meninggalkan perannya dari arena politik, sedangkan pihak Korea Utara lebih menekankan nilai hierarki struktur keluarga sebagai pemimpin berikutnya.
3.    Dampak Militer dan Keamanan
Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas sebelumnya, Korea Utara lebih menekankan ekonomi dalam upayanya meningkatkan kapasitas militer dan nuklirnya. Dengan adanya sikap dan pengaruh dari kepemilikan senjata nuklir ini, maka secara tidak langsung menyebabkan instabilitas kawasan Asia Pasifik, terlebih dengan beberapa percobaan peluncuran nuklir Korea Utara yang menurut data intelijen mampu menjangkau sebagian wilayah Amerika Serikat.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Perang Korea pada 25 Juni 1950-27 Juli 1953 ini adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut dengan "perang yang dimandatkan" antara Amerika- Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Perang ini dapat dikatakan sebagai Perang saudara, meskipun banyak pihak yang terlibat secara tidak langsung di dalamnya. Korea Utara, yang berbasis komunis, berusaha untuk menyatukan semenanjung Korea ke dalam satu pemerintahan tunggal, yang telah terpisah semenjak 1948. Korea Utara didukung oleh Uni Soviet, sementara Korea Selatan didukung oleh Amerika Serikat dan sekutunya (Kanada, Australia, dan Britania Raya), meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.
Upaya-upaya rakyat Korea untuk mendirikan pemerintahan independen tidak terlaksana karena pasukan Amerika serikat menduduki bagian selatan Semenanjung Korea, sedangkan pasukan Uni soviet menguasai bagian Utara. Pada bulan november 1947, Majelis Umum perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyepakati sebuah revolusi yang meminta diadakannya pemilihan umum di Korea di bawah pengawasan sebuah komisi PBB. Akan tetapi Uni soviet menolak untuk mematuhi revolusi tersebut dan menolak masuknya komisi PBB ke bagian paruh utara Korea. Majelis umum PBB kemudian membuat resolusi lain yang menunutut diadakannya pemilihan umum di wilayah-wilayah yang bisa dimasuki oleh Komisi PBB. Pemilihan umum pertama dilaksanakan pada tanggal 10 mei 1948, di wilayah-wilayah di sebelah garis lintang 38’. Hasil dari Pemilu ini ialah Syng Man Rhee dipilih menjadi Presiden pertama Korea Utara. Sementara itu disebelah utara garis lintang 38’ Kim il Sung dipiliah menjadi Presiden Korea Utara. Garis 38’ inilah yang mambagi semenanjung Korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara. (Jaro, 2008: 60). Kemudian Korea Selatan membentuk negara Republik Korea Selatan. Sementara Korea Utara membentuk pemerintahan komunis Korea Utara. Perang Korea sendiri merupakan konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan yang berlangsung mulai tanggal 25 juni 1950 sampai 27 juli 1953. Perang Korea (1950-1953) terjadi karena Korea Utara menyerbu Korea Selatan dibantu US dan RRC (Soepratignyo, 1999: 51).
Perang ini berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan, Syngman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Namun demikian, ketegangan di semenanjung Korea masih terus membekas. Kerugian besar diderita kedua belah pihak ketika perang dihentikan, 27 Juli 1953. Amerika kehilangan 36.914 tentaranya, sementara Korea Selatan 415.005. Korea Utara menurut Departemen Pertahanan AS, kehilangan 2 juta serdadunya jumlah yang sangat besar untuk perang tiga tahun.
Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan Hingga 2013
Konflik di semenanjung Korea berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut ( Hendarsah, 2007: 100). Namun secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini. Pihak Selatan selalu curiga terhadap mereka di utara paralel 38°. Dan pihak Utara selalu menatap ke selatan dan berkeinginan menyatukan rakyat Korea untuk menghadapi bersama musuh besar dari luar.
Setelah 1953, Korea Utara dan Korea Selatan dalam keadaan gencatan senjata. Pada tahun-tahun setelahnya, bukan berarti tidak ada masalah, namun masih banyak konflik-konflik kecil antar kedua belah pihak. Pada tahun 1994, Kim Jong-Il menggantikan ayahnya, Kim Il-Sung sebagai pemimpin baru Korea Utara. Pada tahun yang sama, Korea Utara setuju menghentikan program nuklirnya dan memulai beberapa hubungan kerja sama dengan Amerika Serikat. Ketika Presiden Korea Selatan, Kim Dae Jung, mulai berkuasa pada tahun 1998 ia mengumumkan “Sunshine Policy” atau kebijakan sinar matahari, yaitu sebuah kebijakan yang bertujuan meningkatkan interaksi antara kedua negara.
Pelunakan hubungan kedua negara terlihat pada tanggal 13—15 Juni tahun 2000, ketika pertemuan tingkat tinggi antar Korea diadakan untuk pertama kalinya. “Sunshine Policy” mendapatkan ujian pertama pada bulan Oktober 2002 ketika AS mengumumkan Korea Utara telah memulai program rahasia senjata nuklir. Hal tersebut menyulut ketegangan antara AS dan Korea Selatan denga Korea Utara.
Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun, dalam pidatonya tanggal 25 Februari 2003 berjanji akan membangun Korea Seatan menjadi “ pusat Asia Timur Laut” untuk meningkatkan hubungan antar Korea dan memimpin Korea Selatan menuju era perdamaian dan kemakmuran (Tanpa nama (Online), 2013). Pada tanggal 2—4 Oktober 2007 di Pyongyang, kembali diadakan pertemuan tingkat tinggi antar Korea. Kedua kepala negara mendiskusikan tentang kemajuan hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan, perdamaian di Semenanjung Korea dan kesejahteraan rakyat Korea dan penyatuan Korea.
Pada 26 Maret 2010, Kapal Korea Selatan tenggelam, Korsel menaruh curiga pada Korut hingga hubungan kedua negara memanas. Korea Utara menyatakan akan memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Korea Selatan. Hal itu dilakukan oleh Korea Utara sebagai tindakan balasan atas sanksi yang diberikan terkait dengan tenggelamnya kapal angkatan laut Korea Selatan (Pemita (Online), 2010). Selain itu Korea Utara juga akan menutup semua kantor kerjasama Korea Utara-Selatan di pusat industrri, di kota perbatasan Kaesong. Langkah yang selanjutanya akan diambil oleh Korea Utara adalah mendeportasi semua warga Korea Selatan yang sedang bekerja di Korea Utara. Lebih jauh lagi, Korea Utara juga melarang kapal dan pesawat Korea Selatan melintasi perairan daerah teritori Korea Utara.
Menyusul ketegangan yang terus terjadi antara dua negara karena Korea Utara terus melakukan uji coba nuklir, dan peluncuran artileri dari Korea Utara yang menyebabkan kematian dua warga sipil dan dua anggota militer Korea Selatan, pada November 2010, Kementrian Penyatuan Korea Selatan secara resmi menyatakan bahwa ‘Sunshine Policy’ gagal, dan membawa kepada berakhirnya kebijakan tersebut. Tanggal 1 Januari 2013, Kim Jong-Un (menggantikan ayahnya yang meninggal, Kim Jong-Il) menyampaikan pesan tahun baru melalui  siaran televisi, menyerukan untuk membina hubungan lebih baik dengan Korea Selatan. Tapi pada bulan Februari 2013, Korea Utara melakukan uji coba nuklir ke-3, yang dikatakan dua kali lebih besar dibandingkan uji coba pada tahun 2009.
Pada tahun 2013, hubungan Korea Utara dan Korea Selatan kembali memanas karena Kim Jong-Un memulai konflik dengan memprovokasi negara tetangga tersebut. Provokasi yang dilakukan merupakan serangan altileri ke Korea Selatan yang pada akhirnya membuat suasana di kawasan tersebut kembali tegang secara mendadak. Artileri Korea Utara pun berhasil melumpuhkan sumber tenaga listrik di Pulau Yeonpyeong serta dua warga dilaporkan terluka. Pihak militer Korea Selatan langsung menyatakan status siaga tinggi. Pemerintah Korea Selatan langsung menggelar rapat mendadak. Mereka mengatakan akan mengambil tindakan tegas jika Korea Utara melanjutkan provokasi. Di sisi lain, Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak, menyerukan upaya untuk meredam aksi saling tembak. Militer Korea Selatan mengumumkan satu tentara tewas, 13 luka-luka termasuk tiga orang luka berat.
Kesimpulan
Perang Korea disebabkan oleh adanya persaingan ideologi antara AS dan Uni Soviet, pembagian wilayah menjadi dua bagian, dan tidak adanya kesepakatan antara AS dan Uni Soviet tentang pembentukan Korea Utara. Sebab khususnya adalah adanya yang mengesahkan laporan pemilihan di Korea Selatan. Korea Utara merasa hak-haknya tidak diakui PBB. Perang Korea berlangsung antara tanggal 25 Juni 1950—27 Juli 1953. Perang tersebut bukan sekedar perang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Tetapi di balik Korea Utara ada Uni Soviet dan RRC, sedangkan di balik Korea Selatan ada Amerika Serikat dan sekutu-sekutu PBB-nya. Korea Utara sempat menguasai Seoul dan wilayah-wilayah Korea Selatan, namun Korea Selatan sempat bangkit dan unggul. Pada akhirnya Korea Utara berhasil memukul mundur pasukan PBB ke Selatan. Namun pada perang ini tidak ada pihak yang menang atau kalah, kedua negara sama-sama mengalami kerugian dan menewaskan banyak korban.
Perundingan-perundingan dilaksanakan sepanjang Perang Korea, namun tidak berhasil meredam konflik tersebut. Hingga pada Juli 1953 terjadi kesepakatan gencatan senjata. Namun konflik sebenarnya belum berakhir hingga saat ini. Hubungan kedua negara tetap memanas dipicu provokasi dari pihak Utara.

DAFTAR RUJUKAN
Agung, L. 2012. Sejarah Asia Timur 2. Yogyakarta: Ombak.
Chang, I. Tanpa Tahun. The Rape of Nanking: Holocaust yang Terlupakan dari Sejarah Perang Dunia Kedua. Terjemahan Fabiola Reza Wijayani. 2009. Yogyakarta: NARASI.
Hendarsah, A. 2007. 11 Macan Asia Musuh Amerika. Yogyakarta: Galangpress.
Hyu, J. 2008. Fakta-fakta Tentang Korea. Seoul: Pelayan Kebudayaan dan Informasi Korea.
Iqbal. A. 2010. Perang-perang Paling Berpengaruh di Dunia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.
Montefiore, S. S. 2003. Stalin: Kisah-kisah yang Tak Terungkap (A. Fathoni, Ed).Terjemahan Yanto Musthofa dan Ida Rosdalina. 2011. Jakarta: Pustaka Alvabet.
Pemita, D. 2010. Korea Utara Putuskan Hubungan dengan Korea Selatan. (http://news.liputan6.com/read/278767/Korea-utara-putuskan-hubungan-dengan-Korea-selatan 26/09/13), diakses 29 September 2013.
Soepratignyo. 1999. Sejarah Singkat Asia Timur. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Songo. E. Tanpa Tahun. Buku Genius Senior. Jakarta: Wahyu Media.
Tanpa nama. 2013. Sejarah di balik ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan: kilas balik, (Online), (http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-04-05/sejarah-di-balik-ketegangan-Korea-utara-dan-Korea-selatan-kilas-balik/1112046), diakses tanggal 29 September 2013.
Tanpa nama. 2013. Ekspansi Korea Utara ke Korea Selatan, (Online), (http://dwikisetiyawan.wordpress.com/tag/saemaul-undong/), diakses tanggal 30 September 2013.
Widyatmadja, J.P. 2005. Kebangsaan dan Globalisasi dalam Diplomasi. Yogyakarta: Kanisius.
 
 
 
Berdasarkan fakta sejarah diatas, sangat disayangkan bukan bahwa negara maju dan kuat seperti Korea
dapat dengan mudah dipisahkan dan di adu domba oleh negara seperti Amerika dan Uni Soviet?
Mungkin bagi kalian yang pernah melihat Drama Korea The King 2 Heart pasti akan berpikiran sama 
dengan saya. Jika seandainya Korea Utara dan Korea Selatan bersatu untuk saat in, bukankah Korea 
akan menjadi sebuah negara yang kuat atau bahkan dapat mengalahkan China, Amerika, dan menjadi 
negara adikuasa.
 
 
 
Cukup tragis melihat negara ini diadu domba dengan mudahnya. Bahkan, Korea Utara dan Selatan juga
sempat gencatan senjata pada tahun 2003 silam.
 
 
 
Gambar diatas mengingatkan kita pada Kamerad Kim Hang Ah